“Terkadang kita jatuh itu bukan karna gunung, tapi karna
kerikil”, ujar Bu Intan di salah satu sesi kelas menulis kreatif Balai
Pustaka School of Writing.
Mantap sekali kedengarannya
kata-kata di atas. Tentunya kata gunung dan kerikil di atas bukanlah
berarti sebenarnya alias kiasan saja. Gunung bisa melambangkan sesuatu
yang besar, atau masalah yang sulit untuk di hadapi. Sedangkan kerikil
menunjukkan makna sesuatu yang kecil, remeh, yang kadang tidak kita
sadari keberadaannya.
Sering kali saya, khususnya, dan
mungkin teman-teman juga mengalami hal-hal berikut; gagal mempertahankan
prestasi, merasa hidup ga maju, dan atau putus cinta. Setelah
difikir-fikir sedikit lebih dalam dan merenungkan masalah-masalah di
atas, ternyata penyebabnya hanyalah hal remeh. Ga percaya?
3
semester awal lalu saya lalui dengan cukup baik, prestasi saya selalu
meningkat dari semester ke semester. Namun, ketika saya melihat nilai
semester 4, saya sedikit kecewa dengan hasil yang sudah saya dapat. Pada
saat itu saya berucap pada diri sendiri, “Inilah hasil terbaik saya di
semester ini!”. Hal ini untuk menutupi kekecewaan dan sekaligus memberi
penghargaan pada diri (inget, penting juga lho memberi penghargaan pada
diri.. J). Balik, kembali ke topik ‘gunung dan kerikil’.
Kenapa prestasi
saya menurun? Apa karna gunung atau kerikil? Ternyata hanyalah sebuah
kerikil kecil yang tidak saya sadari padahal berserakan di sekitar saya.
Contohnya hal-hal kecil yang sering dan selalu saya pelihara selama
perjalanan di semester 4 adalah menunda-nunda mengerjakan tugas.
Rasa-rasanya kebiasaan buruk ini biasa saja. Namun akhir-akhir ini saya
menyadari kalau hal ini adalah kebiasaan yang super buruk. Tak pelak hal
ini membuat nilai jelek karna di dalam proses pengerjaan tugas tidak
maksimal. Saya pernah terjatuh oleh kerikil L.
Kasus ke
dua yang juga sering saya rasakan adalah adanya perasaan hidup yang
gini-gini aja. Sesuatu yang dilakukan tiap hari, pasti akan membuahkan
kebosanan. Persis, itulah yang biasanya saya rasakan ketika merasa hidup
ga maju-maju. Padahal kalau kita jujur pada diri sendiri, belum banyak
lho kita melakukan hal yang bisa membuat hidup kita maju! Iya, tho? Hehe
.. berarti saya khususnya dan mungkin teman-teman juga sudah terlalu
menuntut pada hidup tanpa melakukan usaha ekstra untuk memajukan hidup.
Eits, Alhamdulillah saya sudah menemukan jawaban untuk menjawab masalah
ini. Mau tau? Ahh.. baiklah kalau kalian memaksa. Kita cuma harus
bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang (inget, jangan banyak
nuntut dulu J). Nah, biasanya kalau orang bersyukur itu akan merasa
sayang dengan nikmat (bisa berupa waktu senggang atau kesehatan) yang
ada pada dirinya, makanya dia akan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya
kesempatan yang dimilikinya saat ini, detik ini. Semoga deh, kalau sudah
melakukan hal tadi, hidup kita bakal maju. Go... Go… Go… Sekali lagi
saya pernah dikalahkan oleh kerikil.
Untuk kasus ke tiga,
sebenarnya saya tidak terlalu PD untuk membahasnya di sini. Saya masih
kalah pengalaman dengan kalian. Tapi, akan tetap saya ulas sedikit saja.
Anak muda selalu identik dengan jatuh cinta. Sayangnya, kalau sudah
jatuh cinta koq cepet banget ya putusnya? (ga semuanya juga sih …)
Kira-kira ada apa dibalik itu semua? Berdasarkan sekelumit pengalaman
pribadi dan observasi, biasanya dikarenakan tidak adanya komunikasi yang
baik. Dua pribadi yang berbeda tapi ingin jadi satu rentan sekali
mengalami hal yang namanya konflik. Jelas, penting sekali dibutuhkan
adanya komunikasi antara satu dan yang lainnya. Itu aja deh yang bisa
diulas dimasalah ini. Jangan sampai lagi ya kerikil mengganggu hubungan
kalian! Kalau sekarang lagi marahan, jangan diem-dieman terlalu lama.
Mending diomongin berdua … J
Akhirnya kita sampai pada
bagian akhir. Alangkah terhormatnya kita jika kita terjatuh karena
kesandung gunung. Sebaliknya, betapa lemahnya kita jika harus kalah
terus sama kerikil-kerikil yang ada dalam kehidupan ini. Semoga dengan
sedikit ulasan berdasarkan contoh-contoh kasus di atas bisa membuat
kualitas hidup kita lebih baik lagi. Amin
Hello guys, I'm Tien Tran, a freelance web designer and Wordpress nerd. Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam, eaque ipsa quae.
Related Posts
- Blogger Comment
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 comments:
Posting Komentar