Membuang Rasa Takut


Banyak harta ngapain, kalau ga berkah? Pikirin!
Oh, punya harta ga mungkin dibawa mati
Hidup indah bila menjadi berkah
Punya rezeki bagiin
Bantu yang susah, tolongin
Jadi miskin? Ga mungkin. Allah yang jamin …


Lagu wali band yang berjudul ‘cari berkah’ menemaniku malam ini. Kira-kira lirik lagunya seperti yang sudah aku tuliskan di atas untukmu, kawan. Lirik yang pedas ditelinga itu menamparku berkali-kali. Aku berdo’a semoga engkau tak merasakannya, sakit. Pesan inti yang ingin disampaikan kira-kira adalah jangan takut untuk berbagi, Allah telah menjamin kebutuhan hidupmu.

Aku terlahir di tengah-tengah keluarga yang sederhana, sederhana sekali, kawan. Uang saku ku sewaktu sekolah dari jaman SD sampai SMA selalu di bawah rata-rata temanku. Saat beranjak dewasa, temanku bisa punya ini dan itu. Beda halnya denganku yang hanya punya ini-ini saja. Masa kecilku terbilang masa kecil yang kurang bahagia. Kasihan sekali. Parahnya, aku harus menerima konsekuensi kalau pengalaman-pengalaman itu kini membuatku ‘merasa menjadi orang miskin’ terus menerus.


Sungguh tersiksa, kawan. Selama ini aku selalu dihantui perasaan kekurangan terus-menerus. Pengalaman-pengalaman sewaktu aku kecil membentuk sebuah mental yang disebut mental orang miskin. Pernah aku memegang uang jutaan, tapi aku masih saja merasa kurang. Apalagi hanya memegang uang ribuan rupiah saja. Bisakah kalian bayangkan itu betapa bahayanya jika seseorang bermental miskin? Ada yang bilang kalau orang-orang yang bermental seperti itu jika punya uang inginnya macam-macam. Kalau boleh lebay sedikit, aku mau umpamakan mereka ingin beli segala macam barang yang ada di pasar, di jalan, segala yang dilihat ingin dimiliki. Sebaliknya, jika tak punya uang, mereka akan mengutuki nasibnya yang tak kunjung berubah. Tak pernah bahagia.
Itu tadi sekelumit kisah kecilku. Semoga kalian tak pernah mengalaminya. Tapi, aku ingin mengatakan kepada kalian kalau yang aku ceritakan kepada kalian itu adalah masa laluku, semua masa laluku. Meskipun sebenarnya baru satu hari yang lalu aku temukan diriku yang baru yang bermental lain, bukan mental miskin. Aku pernah dengar dari orang lain yang lebih dulu menamai mental ini dengan sebutan mental kaya. Kurang lebih pengertiannya seperti ini; selalu memberi atau berbagi dengan orang lain yang membutuhkan seolah-olah kebutuhan kita telah terjamin. Mantap sekali, bukan? Edan? Mungkin.

Ngomong-ngomong, nasibku belum berbeda jauh dari masa kecilku, kawan. Untuk kebutuhan makan sehari-hari saja aku harus ngirit. Tapi, aku tak sekhawatir dulu. Tidak juga merasa berada di bawah teman-temanku. Semua itu berkat mental kaya yang sudah disisipkan Allah ke dadaku. Sekarang aku merdeka dari perasaan takut. Ketika aku mau memberi atau membantu kawan lain yang butuh, aku coba untuk membantunya dengan sepenuh daya dan hati. Meskipun kenyataannya aku masih kurang.

Tampaknya aku harus bersyukur berkali-kali kepada Allah yang telah menanam mental kaya. Ia sudah meyakinkanku kalau Dialah satu-satunya yang menguasai hidup dan mati-ku. Jangan pernah takut, bermentallah kaya. Seonggok daging di dalam kandungan saja, Ia rawat dan jamin kebutuhannya hingga keluar ke dunia ini. Orang gila yang tak pernah terlihat bekerja juga selalu terlihat sehat di jalanan. Kenapa aku harus takut kelaparan kalau aku masih bisa bekerja atau mendapat uang dari sumber lain? Bukannya dua contoh sebelumnya sudah cukup untuk ku jadikan pelajaran?

Kau tahu kawan, suatu hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya? Dulu, aku tidak pernah menyerahkan seluruh hidupku pada-Nya. Sehingga diriku menjadi jiwa angkuh yang tak mau membantu kawan lain hanya gara-gara takut kekurangan. Kini ku sadari kalau miskin atau kaya bukanlah status yang membedakan kita dalam kehidupan sosial. Kaya atau miskin adalah salah satu cara Allah mengajari seorang manusia agar hidupnya berarti buat manusia lainnya.

Ya Allah, Tuhan kami
Berkahi, hidup ini
Sampai tua nanti, dan sampai kami mati …

SHARE ON:

Hello guys, I'm Tien Tran, a freelance web designer and Wordpress nerd. Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam, eaque ipsa quae.

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar