Surat untuk Calon Istriku
Teruntuk
dirimu yang akan menggenapi separuh agamaku,
Sebelum kita benar-benar hidup
bersama nanti, ada hal yang aku rasa perlu kamu tahu. Melalui catatan sederhana
ini, semoga kamu akan tahu betapa aku ingin bahagia bersamamu. Untuk itulah aku
tulis tulisan ini sebagai salah satu cara agar kita bisa saling mengenal satu
sama lain hingga saatnya nanti tiba hari pernikahan kita.
Tulang
rusukku, ketahuilah...
Lelaki sederhana ini sudah lama
menginginkanmu. Ingin selalu bersamamu. Aku harap keinginan ini tidak karena
nafsu belaka. Maka dari itu, ingin selalu rasanya aku meluruskan niat bahwa
keinginan untuk bersamamu adalah semata karena-Nya. Dia Yang Maha Kuasa atas
segala. Rasa cinta yang tumbuh semakin hari semakin dalam bagiku adalah anugerah
dari-Nya. Tak boleh aku lupa mensyukuri. Jangan lupa meski sekali. Marilah, aku
mengajakmu untuk bersama-sama meluruskan niat untuk menjalani ini karena Ilahi.
Pujaan
hatiku, sadarilah...
Aku yang tak pernah beranjak
dewasa ini selalu belajar untuk memperbaiki diri. Selalu berusaha untuk menjadi
versi terbaik sesuai dengan rencana-rencana masa depan yang ada di kepalaku.
Aku akan malu jika saat bertemu nanti bukanlah aku yang terbaik. Lelaki-lelaki
yang baik akan bertemu dengan perempuan-perempuan terbaik, itulah sabda Tuhan.
Oleh karena itu, saat aku menyiapkan diri, aku juga ingin kamu menyiapkan diri
terbaikmu. Aku ingin melahirkan putra-putri yang akan menjadi generasi terbaik
yang akan mengabdi kepada agama dan orang-orang di sekitarnya. Kamu tahu?
Kamulah nanti yang akan menjadi sekolah pertama anak-anak kita. Aku harap kamu
mau memikirkannya.
Wanitaku,
rasakanlah...
Aku menawarkan ketulusan untukmu.
Rasa cinta yang agung akan ku serahkan sepenuhnya untukmu. Jagalah. Aku mohon
jangan kau sia-siakan. Ada dua hal yang sangat penting dalam hidupku yang aku
beri untukmu; cinta dan waktu. Aku sangat tidak ingin dikecewakan olehmu.
Jagalah kehormatanmu saat kita tak sedang bersama, apalagi saat aku sedang
berjuang memenuhi kebuthan keluarga kita
nantinya. Bagiku, kehormatan istriku adalah segala.
Dirimu
yang selalu ada dalam pikiranku...
Jika nanti aku berbuat
kesalahan, ingatkanlah aku dengan cara yang baik. Tegurlah aku dengan cara yang
santun. Aku ini hanya manusia biasa yang tak bisa alpa dari khilaf. Saat aku
marah nanti, jangan lagi kau percikkan api amarahmu juga. Orang bilang
kemarahan akan membuat kita hilang akal. Aku tak ingin ada keputusan-keputusan
yang akan membuahkan sesal di hari selanjutnya. Sewaktu aku dirundung amarah, diamlah
sebentar menungguku reda.
Calon
pendamping hidupku, kita sama-sama tahu...
Hubungan kita nantinya bukanlah
hanya hubungan kita saja. Saat kita menasbihkan diri sebagai sepasang suami
istri, maka kita juga menghubungkan dua keluarga yang sebelumnya tak pernah
kenal. Aku sadar betul kalau tak ada yang mau disakiti atau dikecewakan. Pasti
keluargamu tak ingin aku menyianyiakanmu, tak memperhatikanmu. Begitu juga
keluargaku. Maka dari itu, ceritakanlah aku apa adanya kepada keluargamu. Tak
perlu ada yang disembunyikan. Apabila aku diterima keluargamu, aku ingin
diterima dengan sebaik-baiknya. Aku tak mau ada omongan buruk di balik
punggungku nanti. Begitu juga sebaliknya, ceritakanlah dirimu apa adanya padaku
agar dapat kusampaikan kepada keluargaku. Semoga keluarga kita bisa saling
menerima kita masing-masing.
Engkau,
perempuan pendampingku di masa depan...
Harus sama-sama kita nyatakan
bahwa hidup tak selalu seperti yang kita inginkan. Suatu saat masalah tak bisa
dihindari. Apabila keluarga kita sedang dirundung masalah, bersabarlah. Apabila
nanti aku ajak dirimu duduk bersama, menurutlah. Kita selesaikan masalah kita
bersama. Aku tak ingin masalah keluarga kita keluar dari kamar kita. Jangan
sampai mata dan telinga suamimu nanti ini mendengar bahwa ada orang lain tahu
akan masalah keluarga kita. Cukuplah orang lain tahu dan merasakan kebahagiaan
yang kita rasa.
Sayangku...
Ingin sekali aku
membahagiakanmu. Memenuhi segala permintaanmu adalah perintah yang harus aku
lunasi. Aku sadar saat ijab kabul telah terbaca, maka aku lah pengganti ayahmu
yang selama ini memenuhi kebutuhanmu. Akan tetapi, apabila kita menemui masa
dimana aku tak bisa berbuat apa-apa, tak bisa mendapatkan apa yang kau minta,
aku mohon tenanglah. Tetaplah setia di sampingku, dukung aku, doakan aku. Jangan
pernah walau hanya sekali mencoba meninggalkanku. Percayalah, aku akan tetap
merasa harus melakukan tanggung jawabku, memenuhi permohonanmu.
Dirimu
yang akan menggenapi separuh agamaku...
Di penghujung catatan ini aku
sampaikan hal yang sangat penting untumu. Kamu boleh saja bilang aku tak
dapat hidup tanpamu. Pun jangan juga larang aku untuk bilang kata-kata itu.
Tapi ijinkanlah lelakimu ini mengingatkan bahwa kita sama-sama takkan dapat
hidup tanpa-Nya. Aku berharap cinta kita tumbuh atas landas takwa. Sehingga
kedekatan yang kita jalani tidak lain akan membuahkan kedekatan yang lebih
kepada Sang Maha Pencipta. Ijinkan aku mengingatkanmu sekali lagi, mari kita
mulai dengan niat yang baik, kita jalani segala sesuatunya dengan baik, dan
tetaplah berdo’a semoga Tuhan menganugerahkan segala kebaikan-Nya kedalam
kehidupan kita. Amin.
Ditulis dengan penuh cinta dan
harapan oleh calon imammu.