Di suatu pagi buta,
tertanggal 5 Juni 1991, di sebuah sudut kota kecil bernama Jepara-lah, pertama
kali aku melihat dunia luar. Kamar Bapak dan Ibuku tidak lebih dari 2 kali 2
meter, sehingga sewaktu Ibu mau melahirkanku, Ibu harus dipindah ke ruang tengah
agar proses persalinannya mudah. Semuanya berbahagia menyambut kedatanganku,
terutama kedua orang tuaku. Aku-pun turut berbahagia menjadi bagian dari
keluarga kecil itu, sebagai anak ke dua.
Seiring berjalannya waktu,
aku tumbuh menjadi anak-anak seperti teman-temanku yang lain. Pagi sekolah di
Sekolah Dasar di desaku tinggal. Siang istirahat sebentar dan lanjut pergi
sekolah madrasah, atau sekolah sore aku menyebutnya, sampe sekitar jam empat.
Setelah itu, aku diperbolehkan bermain sampai adzan maghrib berkumandang. Namun,
ada dua hal yang dulu “diharamkan” oleh bapakku yaitu banyak bercanda dan
keluar malam. Itulah yang mungkin membedakanku dengan teman-teman yang lain.
Selebihnya, aku menikmati kebahagiaan bersama keluargaku.
Kebahagiaan memanglah tidak
dapat dijamin akan selalu hadir dalam hari-hari kita, termasuk dalam hidupku.
Menginjak umur 12 tahun, bapak dan ibu kembali kepada sang pencipta. Sedih?
Rasa-rasanya sudah pasti dirasa saat orang yang kita patuhi sebagai panutan,
sumber kasih sayang, pemberi ketentraman meninggalkan kita untuk
selama-lamanya. Namun, kesedihan itu tidak boleh berlama-lama tinggal di dalam
benakku. Terlebih saat aku melihat saudara-saudaraku. Aku adalah anak laki-laki
tertua yang mempunyai seorang kakak perempuan dan dua adik laki-laki, entah
kenapa aku ingin bangkit. Mungkin, merekalah api yang membakar perapian
semangatku.
Tapi, aku tidak boleh lupa
bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya sepaket. Jika cerita di atas adalah
sebuah kisah sedih yang aku punya, akupun punya banyak cerita bahagia. Bisa
menikmati sekolah sampai tingkatan universitas, pernah bekerja dari yang
kasaran sampai sekarang merasakan kemudahan dalam mencari uang, merasakan
indahnya persahabatan dan juga indahnya hubungan dengan lawan jenis, semuanya
sudah pernah aku cicipi. Terima kasih ya Tuhan.
Semuanya sekarang menjadi
lebih baik dari yang sebelumnya. Dapatkah aku membuatnya lebih baik lagi?
Ijinkan aku, ya Allah. Aku hanya manusa biasa yang selalu ingin selalu belajar
untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
Hari ini menjadi hari
spesial karena telah menjadi pertanda kalau aku telah hidup di sini selama 22
tahun. “Berapa sisanya?” tanyaku dalam hati. Aku takut saat kebaikan hidup,
terlebih bekal untuk kebaikan hidup di akhirat kelak, belum tercapai aku sudah
tidak ada lagi di sini.
Ya Tuhan yang Maha
Mengabulkan do’a, Engkau tahu bahwa banyak orang-orang baik yang mendoakanku
hari ini dengan ikhlas. Mendoakan-ku agar sukses hidup di dunia dan akhirat
kelak, agar umurku lebih berkah, dan semuanya yang terbaik. Setelah Engkau
mendengarnya, semoga Engkau mempercepat datangnya kebaikan-kebaikan itu. Aku
sendiri berdo’a semoga Engkau membalas kebaikan dan keikhlasan mereka dengan
sebaik-baik balasan dari sisi-Mu.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk orang-orang yang telah bersedia memberikan support kepada saya selama ini, orang-orang yang selalu berdoa kepada saya. Terima kasih untuk semuanya.
0 comments:
Posting Komentar