Tentang Langit

Pada suatu ketika, Moefar pulang ke rumah setelah seharian menjalani aktifitas rutinnya. Namun, bedanya kali ini dia pulang dengan muka yang agak sedikit kusut. Mungkin karena capek, bisa jadi karena sebab yang lainnya. Ibunya menyambut kedatangannya ke rumah malam itu dengan sebuah senyum manis. Seperti biasanya, selalu terlihat manis.

"Ada apa, Far? Koq mukanya ga semangat gitu?" Tanya ibunya.

"Ga ada apa-apa, Bu. Cuma sedikit capek aja." Jawabnya singkat dan langsung menuju ke kamarnya.

Ibunya kembali menuju dapur. Sepertinya menyiapkan makan malam untuk anak kesayangannya itu. Dan benar, setelah Moefar membersihakan badanya, ia keluar untuk makan malam bersama Ibunya. Tidak banyak obrolan yang tersaji di meja makan malam itu. "Sepertinya memang ada sesuatu yang tidak beres!" batin ibunya.


Setelah menyelesaikan malam malamnya, Moefar kembali ke kamarnya. Bingung. Pusing memikirkan segala masalah yang sekarang ini ada di benaknya. Tidak pernah dia dibuat pusing oleh masalah sampai seperti ini sebelumnya.

Sang ibu tiba-tiba sudah berdiri di pintu kamar dan bertanya, "Nak, kamu tidak apa-apa?"

"Eh, Ibu... ga pa-pa. Cuma sedikit masalah di kampus sama temen-temen." jawabnya.

"boleh Ibu tau, anakku?" Ibunya sedikit penasaran.

Moefar menarik nafas panjang. Diapun menjawab, "Sepertinya untuk yang satu ini, biar saya aja bu yang menyelesaikan..."

Ibunya masuk ke dalam kamar. Ia menuju ke meja belajar dan terlihat membolak-balik buku kuliah anaknya. Setelah beberapa saat, ia kembali berdiri lagi, berjalan pelan menuju jendela di kamar itu.

"Nak, kamu tau... semuanya yang ada di dunia ini akan selalu berubah? Tidak ada yang tidak berubah. Dulu, kampung ini sangat rimbun dengan pepohonannya. Tapi, sekarang ini semuanya sudah hilang diganti oleh bangunan-bangunan. Terkadang Ibu merasa kalau-kalau lingkungan ini sudah sempit. Jalanannya pun tidak sebagus sekarang karena dulu masih berupa tanah. Tapi ternyata, aspal itu membuat rumah kita selalu kebanjiran tiap tahun."

"Maksud Ibu?" tanya Moefar karena penasaran.

Ibunya kembali melanjutkan, "Anakku, kita hidup dikelilingi oleh masalah dan tidak bisa terlepas dari itu semua. Barusan tadi ibu ambil perumpamaan kalau apa yang ada di depan, samping, dan bahkan di bawah kita semuanya bisa menjadi sumber masalah. Namun, ada satu yang ibu percaya tetap tidak berubah, nak. Dari dulu tetap berada pada keindahannya. Maukah kamu tahu, anakku? Dia-lah langit. Lihatlah keluar! Keindahan langit memamerkan kebesaran Tuhan. Ia tetap suci, tak terganggu oleh tangan-tangan manusia."

"Lalu, apa yang harus saya lakukan, Bu?"

"Kalau kamu merasa dikelilingi oleh masalah, cobalah lihat sisi lain yang telah disiapkan Tuhan, yang mana akan mengingatkanmu pada kasih-sayang-Nya. Kalau ibu hanya melihat bangunan gedung dan jalanan beraspal, ibu cuma akan memikirkan masalah yang timbul karenanya. Namun, Ibu mencoba untuk melihat sisi lain yang sudah Tuhan siapkan, Nak! Ibu coba melihat ke atas di saat sekeliling Ibu hanya ada masalah. Di sana Ibu temukan indahnya langit malam yang bertaburan bintang. Seakan-akan langit itu menawarkan jutaan solusi kepada kita. Percayalah nak, di saat Tuhan memberi keburukan suasana sebagi ujian, Ia juga menyertainya dengan kebaikan."

"Terima kasih Ibu. Pelajaran malam ini akan selalu ku ingat. Aku sayang Ibu." Moefar memeluk erat ibunya.

SHARE ON:

Hello guys, I'm Tien Tran, a freelance web designer and Wordpress nerd. Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque laudantium, totam rem aperiam, eaque ipsa quae.

    Blogger Comment

0 comments:

Posting Komentar