Paku: Ada yang Tidak Kamu Tahu, Wahai Papan!
Ini adalah cerita tentang persabahatan Paku dan Papan. Selamat membaca dan semoga mendapat pelajarannya.
Papan: Hei, Paku! Aku ingin kamu berhenti membuatku tersiksa!
Paku: Apa maksud kamu, Papan? Bukankah selama ini kita baik-baik saja?
Papan: Tidakkah kamu sadar selama ini menyiksaku dengan ujungmu yang tajam itu?
Paku: Tapi...
Papan: Kamu jahat!
Paku: Tap... Tapi...
Papan: Kamu memang tidak pernah merasakan betapa sakit yang kau beri!
Paku: Tol... tolong dengarkan aku.
Papan: Egois sekali kamu! Hiks... hiks...
Paku: Baiklah... baik... aku minta maaf.
Papan: Maaf? gampang sekali!
Paku: Please dengarkan aku. Mungkin inilah saatnya aku katakan apa yang selama ini tidak kamu tahu.
Papan: Apa yang kau sembunyikan dariku selama ini?
Paku: Aku terpaksa harus menusukmu. Aku terpaksa menyakitimu. Ada sesuatu yang memaksaku, Wahai Sahabatku. Selama ini aku diam, meskipun mungkin sakit yang aku dapatkan lebih dari yang kamu derita. Tahukah kamu kalau ada Palu yang selama ini menuntutku agar menancap di dirimu. Terkadang saat aku merasa mulai melihatmu tersiksa, ingin sekali aku menahan si Palu. Aku menahan diriku sekuat tenaga, tapi pukulan yang aku rasakan semakin keras menghantamku. Semakin ku tahan, semakin lebih keras lagi kepalaku dihantamnya. Tahukah kamu kalau aku melakukan ini, Sahabatku? Terkadang kakiku tak kuat lagi menahannya hingga Palu memaksa untuk membengkokkanku. Bahkan, terkadang aku dipatahkan karena hanya tidak ingin melukaimu lebih lama. Bukankah sakit yang aku rasakan lebih dari yang kamu rasakan, Wahai Papan sahabatku?
Papan: Oh, Sahabatku, maafkanlah diriku. Kini aku mengerti.
Papan: Hei, Paku! Aku ingin kamu berhenti membuatku tersiksa!
Paku: Apa maksud kamu, Papan? Bukankah selama ini kita baik-baik saja?
Papan: Tidakkah kamu sadar selama ini menyiksaku dengan ujungmu yang tajam itu?
Paku: Tapi...
Papan: Kamu jahat!
Paku: Tap... Tapi...
Papan: Kamu memang tidak pernah merasakan betapa sakit yang kau beri!
Paku: Tol... tolong dengarkan aku.
Papan: Egois sekali kamu! Hiks... hiks...
Paku: Baiklah... baik... aku minta maaf.
Papan: Maaf? gampang sekali!
Paku: Please dengarkan aku. Mungkin inilah saatnya aku katakan apa yang selama ini tidak kamu tahu.
Papan: Apa yang kau sembunyikan dariku selama ini?
Paku: Aku terpaksa harus menusukmu. Aku terpaksa menyakitimu. Ada sesuatu yang memaksaku, Wahai Sahabatku. Selama ini aku diam, meskipun mungkin sakit yang aku dapatkan lebih dari yang kamu derita. Tahukah kamu kalau ada Palu yang selama ini menuntutku agar menancap di dirimu. Terkadang saat aku merasa mulai melihatmu tersiksa, ingin sekali aku menahan si Palu. Aku menahan diriku sekuat tenaga, tapi pukulan yang aku rasakan semakin keras menghantamku. Semakin ku tahan, semakin lebih keras lagi kepalaku dihantamnya. Tahukah kamu kalau aku melakukan ini, Sahabatku? Terkadang kakiku tak kuat lagi menahannya hingga Palu memaksa untuk membengkokkanku. Bahkan, terkadang aku dipatahkan karena hanya tidak ingin melukaimu lebih lama. Bukankah sakit yang aku rasakan lebih dari yang kamu rasakan, Wahai Papan sahabatku?
Papan: Oh, Sahabatku, maafkanlah diriku. Kini aku mengerti.
0 comments:
Posting Komentar