Bangun pagi-pagi sekali sebelum adzan subuh didengungkan adalah
semacam ramalan pertanda baik akan terjadi padaku. Ramalan itu
berbunyi, hari mu akan indah. Benar saja, jika aku bisa bangun
mendahului adzan subuh, nasib baik seperti memayungiku sepanjang hari.
Tugas-tugas kuliah mampu ku-tamat-kan sebelum waktunya, materi-materi
kuliah yang disampaikan dosen di kelas juga dengan mudah dicerna oleh
otakku, dan mendapatkan nilai A di akhir semester meskipun tidak
mengikuti ujian. Untuk yang terakhir, please jangan kalian percaya. Aku hanya membual saja :) .
Berbeda sekali jika aku bangun jam 6 atau malah lebih dari itu. Nasib
buruk menerorku seharian. Bisa-bisa aku mandi tanpa sikat gigi,
memarkirkan motor sampai lupa mencabut kuncinya, dan sampai di kelas
disuruh pulang oleh dosen karena sudah telat lebih dari dua puluh lima
menit. Tragis nian nasibku.
Aku masih tidak percaya kalau nasibku seharian hanya dibedakan oleh beberapa jam saja. Satu sampai dua jam kurang lebihnya. Aku coba berfikir, merenung sejenak, kiranya hal apa yang membuat segalanya berbeda. Sebenarnya, setelah yang semua terjadi berkali-kali, aku sudah mencurigai satu hal. Ada satu hal yang selalu terlewatkan jika aku bangun lebih dari jam 6. Ceritanya seperti ini.
Aku adalah seorang penggila Facebook. Hampir setiap pemikiran yang melintas di otak atau uneg-uneg yang mengganggu di hati selalu aku tuangkan menjadi kata-kata indah di Facebook. Jangan heran, ketika beberapa orang susah menjawab pertanyaan “Apa yang sedang Anda pikirkan?”, aku mampu menjawabnya berkali-kali dalam seharinya. Untuk akhir-akhir ini, aku sering menuangkan kegalauanku. Silakan cek dinding Facebook-ku kalau kalian tak percaya. Well, dari sinilah semuanya bermula.
Pada hari itu adzan subuh mulai menggema pukul 04.28, dan aku sudah bangun sebelum itu. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang baik, ku jalankan sholat subuh 4 raka’at. Dua qobliyah dan yang dua rakaat lainnya ku tunaikan bersama imam di mushola. Kebiasaan setelahnya adalah ngaji Qur’an. Pesan ibu sewaktu melepasku merantau adalah jangan lupa mengaji dimanapun kamu berada. Ritual selanjutnya adalah memantau halaman beranda Facebook. Aku suka melakukan hal ini karena akupercaya orang yang buka Facebook pagi-pagi adalah makhluk Tuhan yang taat beragama. Kesimpulan ini ku dapat dengan berasumsi bahwasanya orang-orang itu tak pernah ketinggalan waktu awal sholat subuh. Dan di salah satu orang yang taat beragama itu, ada satu yang menarik perhatianku. Seorang perempuan biasa tapi tak biasa. Maksudnya? Nanti ku ceritakan mengapa dia tak biasa. Sekarang simaklah. Saking tertariknya, di setiap posting-an statusnya ku beri jempol sebagai tanda aku menyukai statusnya. Dia selalu update status jam 5 pagi
***
Sukma Ayu adalah nama perempuan itu. Kalau dilihat dari namanya mungkin dia ada keturunan Jawa. Nama yang indah. Di ambil dari Bahasa Jawa, Sukma Ayu mempunyai arti bunga yang cantik. Sesuai dengan parasnya yang tidak cepat membuat bosan bagi siapa yang memandangnya. Memang tidak cantik, tapi tidak pula jelek. Maha Besar Tuhan yang telah menciptakan komposisi yang pas pada wajahnya. Sikapnya yang sederhana, apa-adanya, dan tidak dibuat-buat, membuatnya semakin anggun. Mayoritas kaum adam pasti akan terpesona ketika melihatnya.
Setelah sekian lama hanya bisa mengenal lewat akun Facebooknya, aku mendapatkan kesempatan untuk mengenalnya ketika mengikuti sebuah kegiatan di kampus. Ternyata kami kuliah di universitas yang sama, hanya berbeda fakultas. Dia ada di Seni Pertunjukan, sedangkan aku tekun di Seni Rupa. Pada saat itu aku merasa dunia dan seluruh isinya telah bekerja sama untuk mempertemukan kami. Entah benar atau hanya perasaan orang yang sedang bungah (karna cinta?) yang sukanya menghubung-hubungkan sesuatu demi kepuasan batin. Awalnya aku tidak begitu ngeh siapa perempuan yang datang bersama temenku, yang kebetulan hadir dengan pacarnya, ke acara kampus.
“Eh, bro, kenalin temen pacar gue,” sapa temenku, “Untuk masalah nama, status, nomerhape, nomer sepatu, dan nomer yang lain silakan diwawancara langsung dengan yang bersangkutan… hehe.” Lanjutnya dengan nada menggoda.
“Hai…Sukma. Gue Sukma Ayu dari Jurusan Musik.” Ungkapnya singkat dengan sambil tersenyum.
Alamak! Waktu serasa berhenti sejenak demi menikmati indah senyum perempuan ini. Saat aku mendengar dia menyebut namanya, ingatanku langsung merujuk pada sebuah nama di akun sosial media yang ku ikuti setiap pagi. Dan, ternyata benar dia lah orangnya. Terbukti saat dia tidak asing lagi dengan namaku.
“Oh, kamu yang hampir tiap pagi nge-like status ku, kan?”
Pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya hubungan pertemanan kami semakin dekat.
***
Aku selalu berdoa kepada Tuhan semoga nantinya didekatkan dengan seseorang yang baik. Karena aku yakin, seseorang yang baik itu bisa membuatku lebih dekat kepada Yang Maha Baik. Mungkin kalau dilihat dari segi penampilan, Sukma Ayu hanyalah gadis sederhana yang tampakbiasa-biasa saja. Akan tetapi jika dilihat dari sisi yang lain, terutama sikapnya, bisa jadi dia adalah sesosok perempuan baik yang aku minta dari Tuhan selama ini. Percaya atau tidak, semenjak pertemuan dengannya waktu itu, aku menjadi lebih perhatian terhadap penampilan diri, kesehatan dan kuliahku. Tak rela rasanya jika dia melihat ada sesuatu yang kurang baik dariku. Mungkin inilah sebab mengapa dia juga tak biasa. Hanya orang yang tak biasa lah yang bisa membuatku, setidaknya, berusaha berubah ke arah yang lebih baik.
Pernah beberapa kali kami bertemu setelah pertemuan pertama kami di acara kampus waktu itu. Bahkan beberapa kesempatan kami lewati berdua saja. Belajar bareng, diskusi bersama, atau makan berdua yang kesemuanya hanyalah modus belaka untuk mendekatinya. Alhasil, aku mengenalnya lebih dalam. Otakku dipenuhi wajah, senyum, dan namanya. Rasa-rasanya sudah tidak ada lagi hal lain yang bisa masuk ke otak karna sudah dipenuhi olehnya. Lekat sekali dia bersemayam di kepala. Oh beginikah rasanya cinta? Sekarangkah waktunya untuk mengatakan? Tunggu sebentar.
Di saat aku merasa semuanya indah, entah mengapa ada sesuatu yang tidak beres di dalam hati. Aku bertanya berkali-kali tentang hakikat cinta. Aku yang masih awam bertanya dalam hati, “What is love?”. Se-simpel itukah aku menyatakan bahwa perasaan yang sedang ku rasakan adalah cinta? Atau jangan-jangan ini semua hanyalah perasaan indah sementara setelah bertemu dengan orang yang kita anggap cocok? Ketika mencoba merenungi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, Tuhan seolah datang dan berbisik ke dalam hati, “Apa yang kamu cari dari hubungan ini, makhluk kecilku? Bukankah selama ini kau malah sering merasa khawatir akan benar tidaknya tindak tandukmu itu? Jika cinta itu menentramkan, seharusnya tak ada rasa khawatir itu. Dan bukankah akhir-akhir ini kau selalu merasa takut kehilangan ini dan itu? Padahal, asal kau tahu saja, cinta itu tak pernah membuat manusia takut karna sejatinya dia menguatkan. Sudahkah kau lupa kalau semuanya Aku yang mengatur dengan siapa dan kapan waktu yang tepat buatmu?”.Kepalaku meng-iya-kan bahwa apa yang ku rasa adalah cinta, tapi tidak dengan hatiku. Tapi akhirnya aku menyerah. Aku memang mencintai dia, hanya saja mungkin cara ku yang belum benar. Dan aku ingin memilih jalan yang benar.
***
Beberapa waktu tak ada kabar, Sukma Ayu merasa ada yang sesuatu yang tidak beres. Dia malah bertanya apakah dia sudah membuat sebuah kesalahan sehingga membuatku menjauh dari dia. Wajar rasanya jika dia bertanya kesalahan apa yang sudah dia perbuat karena aku pergi dari kehidupannya secara tiba-tiba, tanpa memberi tahu sebab mengapa. Ku kirim sebuah pesan singkat kepadanya berharap tidak ada salah paham.
“Tidak ada yang salah dari kamu. Aku hanya merasa kita sudah melangkah jauh terlalu dini.”
Dia menjawab, “Apa maksud kamu?”
Langsung kembali ku kirim balasan, “Nanti kamu juga akan tahu. Kita tetap berteman koq. :)”
Kumantapkan hati kembali meskipun jauh di dalam sana ada sesuatu yang bergemuruh. Inilah keputusan yang tepat yang harus diyakini. Aku memang mencintainya saat ini, tapi bukan berarti harus memilikinya saat ini juga di saat aku sendiri belum siap. Hanya akan menghancurkan diri sendiri dan dia saja, pikirku. Biarlah cinta ini tumbuh dalam diam. Toh jika memang dia perempuan baik yang ditakdirkan Tuhan, dia akan menjaga dirinya untukku. Pada Tuhan kini kutitipkan cinta dan rasa rindu yang teramat sangat yang mungkin setiap harinya akan bertambah kuat. Aku akan menunggu hingga semuanya tepat pada waktunya.
Sekarang yang kuinginkan adalah setiap harinya aku bisa bangun pagi-pagi sekali sebelum adzan subuh dilantunkan. Aku ingin semuanya indah dengan cara yang menurutku benar. Walau tak kini, esok insya Allah terjadi.
Aku masih tidak percaya kalau nasibku seharian hanya dibedakan oleh beberapa jam saja. Satu sampai dua jam kurang lebihnya. Aku coba berfikir, merenung sejenak, kiranya hal apa yang membuat segalanya berbeda. Sebenarnya, setelah yang semua terjadi berkali-kali, aku sudah mencurigai satu hal. Ada satu hal yang selalu terlewatkan jika aku bangun lebih dari jam 6. Ceritanya seperti ini.
Aku adalah seorang penggila Facebook. Hampir setiap pemikiran yang melintas di otak atau uneg-uneg yang mengganggu di hati selalu aku tuangkan menjadi kata-kata indah di Facebook. Jangan heran, ketika beberapa orang susah menjawab pertanyaan “Apa yang sedang Anda pikirkan?”, aku mampu menjawabnya berkali-kali dalam seharinya. Untuk akhir-akhir ini, aku sering menuangkan kegalauanku. Silakan cek dinding Facebook-ku kalau kalian tak percaya. Well, dari sinilah semuanya bermula.
Pada hari itu adzan subuh mulai menggema pukul 04.28, dan aku sudah bangun sebelum itu. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang baik, ku jalankan sholat subuh 4 raka’at. Dua qobliyah dan yang dua rakaat lainnya ku tunaikan bersama imam di mushola. Kebiasaan setelahnya adalah ngaji Qur’an. Pesan ibu sewaktu melepasku merantau adalah jangan lupa mengaji dimanapun kamu berada. Ritual selanjutnya adalah memantau halaman beranda Facebook. Aku suka melakukan hal ini karena akupercaya orang yang buka Facebook pagi-pagi adalah makhluk Tuhan yang taat beragama. Kesimpulan ini ku dapat dengan berasumsi bahwasanya orang-orang itu tak pernah ketinggalan waktu awal sholat subuh. Dan di salah satu orang yang taat beragama itu, ada satu yang menarik perhatianku. Seorang perempuan biasa tapi tak biasa. Maksudnya? Nanti ku ceritakan mengapa dia tak biasa. Sekarang simaklah. Saking tertariknya, di setiap posting-an statusnya ku beri jempol sebagai tanda aku menyukai statusnya. Dia selalu update status jam 5 pagi
***
Sukma Ayu adalah nama perempuan itu. Kalau dilihat dari namanya mungkin dia ada keturunan Jawa. Nama yang indah. Di ambil dari Bahasa Jawa, Sukma Ayu mempunyai arti bunga yang cantik. Sesuai dengan parasnya yang tidak cepat membuat bosan bagi siapa yang memandangnya. Memang tidak cantik, tapi tidak pula jelek. Maha Besar Tuhan yang telah menciptakan komposisi yang pas pada wajahnya. Sikapnya yang sederhana, apa-adanya, dan tidak dibuat-buat, membuatnya semakin anggun. Mayoritas kaum adam pasti akan terpesona ketika melihatnya.
Setelah sekian lama hanya bisa mengenal lewat akun Facebooknya, aku mendapatkan kesempatan untuk mengenalnya ketika mengikuti sebuah kegiatan di kampus. Ternyata kami kuliah di universitas yang sama, hanya berbeda fakultas. Dia ada di Seni Pertunjukan, sedangkan aku tekun di Seni Rupa. Pada saat itu aku merasa dunia dan seluruh isinya telah bekerja sama untuk mempertemukan kami. Entah benar atau hanya perasaan orang yang sedang bungah (karna cinta?) yang sukanya menghubung-hubungkan sesuatu demi kepuasan batin. Awalnya aku tidak begitu ngeh siapa perempuan yang datang bersama temenku, yang kebetulan hadir dengan pacarnya, ke acara kampus.
“Eh, bro, kenalin temen pacar gue,” sapa temenku, “Untuk masalah nama, status, nomerhape, nomer sepatu, dan nomer yang lain silakan diwawancara langsung dengan yang bersangkutan… hehe.” Lanjutnya dengan nada menggoda.
“Hai…Sukma. Gue Sukma Ayu dari Jurusan Musik.” Ungkapnya singkat dengan sambil tersenyum.
Alamak! Waktu serasa berhenti sejenak demi menikmati indah senyum perempuan ini. Saat aku mendengar dia menyebut namanya, ingatanku langsung merujuk pada sebuah nama di akun sosial media yang ku ikuti setiap pagi. Dan, ternyata benar dia lah orangnya. Terbukti saat dia tidak asing lagi dengan namaku.
“Oh, kamu yang hampir tiap pagi nge-like status ku, kan?”
Pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya hubungan pertemanan kami semakin dekat.
***
Aku selalu berdoa kepada Tuhan semoga nantinya didekatkan dengan seseorang yang baik. Karena aku yakin, seseorang yang baik itu bisa membuatku lebih dekat kepada Yang Maha Baik. Mungkin kalau dilihat dari segi penampilan, Sukma Ayu hanyalah gadis sederhana yang tampakbiasa-biasa saja. Akan tetapi jika dilihat dari sisi yang lain, terutama sikapnya, bisa jadi dia adalah sesosok perempuan baik yang aku minta dari Tuhan selama ini. Percaya atau tidak, semenjak pertemuan dengannya waktu itu, aku menjadi lebih perhatian terhadap penampilan diri, kesehatan dan kuliahku. Tak rela rasanya jika dia melihat ada sesuatu yang kurang baik dariku. Mungkin inilah sebab mengapa dia juga tak biasa. Hanya orang yang tak biasa lah yang bisa membuatku, setidaknya, berusaha berubah ke arah yang lebih baik.
Pernah beberapa kali kami bertemu setelah pertemuan pertama kami di acara kampus waktu itu. Bahkan beberapa kesempatan kami lewati berdua saja. Belajar bareng, diskusi bersama, atau makan berdua yang kesemuanya hanyalah modus belaka untuk mendekatinya. Alhasil, aku mengenalnya lebih dalam. Otakku dipenuhi wajah, senyum, dan namanya. Rasa-rasanya sudah tidak ada lagi hal lain yang bisa masuk ke otak karna sudah dipenuhi olehnya. Lekat sekali dia bersemayam di kepala. Oh beginikah rasanya cinta? Sekarangkah waktunya untuk mengatakan? Tunggu sebentar.
Di saat aku merasa semuanya indah, entah mengapa ada sesuatu yang tidak beres di dalam hati. Aku bertanya berkali-kali tentang hakikat cinta. Aku yang masih awam bertanya dalam hati, “What is love?”. Se-simpel itukah aku menyatakan bahwa perasaan yang sedang ku rasakan adalah cinta? Atau jangan-jangan ini semua hanyalah perasaan indah sementara setelah bertemu dengan orang yang kita anggap cocok? Ketika mencoba merenungi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tadi, Tuhan seolah datang dan berbisik ke dalam hati, “Apa yang kamu cari dari hubungan ini, makhluk kecilku? Bukankah selama ini kau malah sering merasa khawatir akan benar tidaknya tindak tandukmu itu? Jika cinta itu menentramkan, seharusnya tak ada rasa khawatir itu. Dan bukankah akhir-akhir ini kau selalu merasa takut kehilangan ini dan itu? Padahal, asal kau tahu saja, cinta itu tak pernah membuat manusia takut karna sejatinya dia menguatkan. Sudahkah kau lupa kalau semuanya Aku yang mengatur dengan siapa dan kapan waktu yang tepat buatmu?”.Kepalaku meng-iya-kan bahwa apa yang ku rasa adalah cinta, tapi tidak dengan hatiku. Tapi akhirnya aku menyerah. Aku memang mencintai dia, hanya saja mungkin cara ku yang belum benar. Dan aku ingin memilih jalan yang benar.
***
Beberapa waktu tak ada kabar, Sukma Ayu merasa ada yang sesuatu yang tidak beres. Dia malah bertanya apakah dia sudah membuat sebuah kesalahan sehingga membuatku menjauh dari dia. Wajar rasanya jika dia bertanya kesalahan apa yang sudah dia perbuat karena aku pergi dari kehidupannya secara tiba-tiba, tanpa memberi tahu sebab mengapa. Ku kirim sebuah pesan singkat kepadanya berharap tidak ada salah paham.
“Tidak ada yang salah dari kamu. Aku hanya merasa kita sudah melangkah jauh terlalu dini.”
Dia menjawab, “Apa maksud kamu?”
Langsung kembali ku kirim balasan, “Nanti kamu juga akan tahu. Kita tetap berteman koq. :)”
Kumantapkan hati kembali meskipun jauh di dalam sana ada sesuatu yang bergemuruh. Inilah keputusan yang tepat yang harus diyakini. Aku memang mencintainya saat ini, tapi bukan berarti harus memilikinya saat ini juga di saat aku sendiri belum siap. Hanya akan menghancurkan diri sendiri dan dia saja, pikirku. Biarlah cinta ini tumbuh dalam diam. Toh jika memang dia perempuan baik yang ditakdirkan Tuhan, dia akan menjaga dirinya untukku. Pada Tuhan kini kutitipkan cinta dan rasa rindu yang teramat sangat yang mungkin setiap harinya akan bertambah kuat. Aku akan menunggu hingga semuanya tepat pada waktunya.
Sekarang yang kuinginkan adalah setiap harinya aku bisa bangun pagi-pagi sekali sebelum adzan subuh dilantunkan. Aku ingin semuanya indah dengan cara yang menurutku benar. Walau tak kini, esok insya Allah terjadi.
0 comments:
Posting Komentar