Langit Jakarta menggelap. Sayup-sayup suara adzan maghrib terdengar
dari rumah sederhana itu, karena suaranya bersaing dengan hujan yang
sedari tadi turun. Anak-anak, remaja, dan bapak-bapak memenuhi panggilan
Ilahi dengan melaksanakan sholat berjama’ah di mushola. Di rumah
sederhana itu, seorang Ibu paruh baya dan anaknya tak mau kalah juga
menunaikan kewajiban sembahyang. Satu rakaat, dua rakaat, dan rakaat
ketiga diselesaikan mereka dengan khusyu’. Dilanjutkan dengan beberapa
saat berdo’a dan membaca kitab suci Al-Qur’an. Tuhan… indah sekali
maghrib kali ini.
Ananda, nama anak dari Ibu paruh baya tadi,mendekati Ibunya yang masih duduk manis di atas sajadah. Memeluk tubuh ibunya yang masih sibuk menutup Al-Qur’an yang baru saja selesai dibaca. “Bu…,” panggil Ananda dengan manja. Duhai manis sekali anak kecil itu. “Ananda mau dong diceritain tentang Kakek sama Ibu. Masa cuma tau Kakek lewat foto aja?” lanjut Ananda kecil.
“Ananda mau tahu tentang apa dari Kakek?” tanya si ibu.
“Eeemmm… seeemuanya tentang Kakek!” jawab Ananda.
“Oh iya? Semuanya? Ya sudah… Ibu beresin ini duluya?” sambung ibu sambil menata mukena dan meletakkanya di atas sajadah.
***
Ananda, anak Ibu… Kakekmu adalah seseorang yang biasa-biasa saja dalam penampilan dan perkataannya. Seperti kebanyakan laki-laki, Kakek sangat menggemari olah raga sepak bola. Temen-temenmu yang laki-laki gitu kan? Bahkan, saking sukanya sama salah satu klub sepak bola di Inggris, beliau pernah datang langsung ke Inggris sana untuk mendukung tim pujaannya itu. Kalau Ibu pernah tanya sih, katanya salah satu pemain yang ada di klub itu sangat menginspirasi masa mudanya.
Kakekmu itu, kalau punya kemauan, ga ada yang bisa berhentiin. Setelah lulus SMA, cita-citanya waktu itu pengen jadi guru Bahasa Inggris. Pokoknya kalau nantinya ga jadi guru Bahasa Inggris, beliau ga mau kuliah. Meskipun harus mahal pengorbanan yang dibayar! Apapun dilakukan, seberat apapun usahanya, sesusah apapun pengorbanan yang dilakukan, akan tetap dilakukan juga. Pernah Ibu diceritain sama beliau kalau semasa kuliahnya dulu, pernah ada masa dimana beliau merasakan nasi putih dan mie instant sebagai makanan mewah. Ya… saking tidak punya uang waktu itu! Lihatlah sekarang Ananda, hasil usaha beliau bisa kamu rasakan sampai sekarang. Singkat cerita, beliau bisa lulus kuliah tepat waktu dan dengan nilai yang bagus. Jadi deh guru BahasaInggris… hehe
Oooo… jadi, Kakek dulu guru ya, Bu? Di sekolah depan rumah itu?
Iya, beliau guru yang hebat lho. Tapi, perjuangannya ga berhenti setelah jadi guru. Rencana panjang ternyata sudah diatur sama Kakek sewaktu kuliah dulu. Kakek pengen punya sekolah sendiri, bangun sekolah sendiri! Jadi, mau ga mau, beliau merasa perlu kuliah lagi untuk ambil gelar S2-nya. Kali ini beliau belajar tentang Manajemen Pendidikan Islam. Bagaimanacara mengatur sekolah islami. Alasannya, kehidupan itu harus seimbang antara mencintai dunia dan akhirat. Karena menurut Kakek kondisi pada waktu itu sudah sangat menuntut perbaikan akhlak para anak-anak dan remaja, makannya beliau belajar tentang mengatur sekolah yang islami tadi. Dan hasilnya… tuh, sekolah depan rumah itulah hasil perjuangan kakekmu.
Waaah… hebat!
Meskipun kayaknya Kakek itu sangat bersemangat mewujudkan apa keinginan pribadinya, tapi dia itu juga sangat baik sama oranglain. Atau dengan kata lain, beliau ga mau egois hanya mementingkan diri sendiri. Baik sama keluarganya, saudaranya, temen-temennya, dan orang-orang lain yang dekat dengannya. Ga heran deh kalau banyak yang menganggap kalau Kakek itu orang yang baik dan pedulian.
Ibu… Kakek pernah cerita ga tentang prestasi terbaiknya?
Eeem… ada satu cita-cita yang selalu Kakek simpan dalam dirinya waktu itu. Cita-cita yang selalu hidup di dalam hati dan ingin beliau wujudkan sebelum beliau meninggal. Beliau ingin hafal Al-Qur’an, Ananda. Sebenarnya, perjuangan menghafal kitab suci itu sudah dimulainya sejak kuliah. Jatuh bangun, susah mudah, serta beratnya perjuangan dalam menghafal beliau jalani. Ada masa-masa dimana beliau merasakan mudah dalam menghafal dan ada juga masa dimana bisa sampai berhenti menghafal karena kesibukan. Tapi, kata beliau, keinginan untuk menjadi keluarga Ilahi di akhirat nanti adalah sumber semangatnya. Kan enak kalau Tuhan sudah menganggap kita sebagai keluarganya sendiri, iya kan? Kata beliau juga, beliau ingin memberi penyelamatan atau syafaat kepada kedua orang tuanya yang sudah meninggal sejak Kakek kecil dengan gelar hafidznya. Beratnya perjuangan, manisnya hasil, serta tujuan mulia tadi yang membuat Kakek menetapkan menjadi penghafal Al-Quran sebagai pencapaian terbaiknya.
***
Langit Jakarta sudah gelap sempurna. Kini, giliran adzan Isya’ yang menggema di langit yang menyelimuti sederhana itu. Suaranya nyaring karena hujan sedari tadi sudah berhenti. Anak-anak, remaja,dan bapak-bapak kembali memenuhi panggilan Ilahi. Di rumah sederhana itu, ibu beserta anaknya juga menunaikan kewajiban sholat. Satu rakaat, dua rakaat, tiga rakaat dan rakaat keempat diselesaikan dengan khusyu’. Dilanjutkan dengan beberapa saat berdo’a dan selesailah ritual ibadah sholat Isya’.
Ananda lagi-lagi mendekati Ibunya yang masih duduk manis di atas sajadah. Memeluk tubuh ibunya yang masih sibuk menata mukena.“Bu…,” panggil Ananda dengan man
ja. Duhai manis sekali anak kecil itu, lebih manis dari yang tadi. “Ananda mau ngucapin terima kasih sama Ibu sudah diceritain tentang Kakek.” lanjut Ananda kecil sambil tersenyum.
Jakarta, 10 November 2013 l 21:51 WIB
Ananda, nama anak dari Ibu paruh baya tadi,mendekati Ibunya yang masih duduk manis di atas sajadah. Memeluk tubuh ibunya yang masih sibuk menutup Al-Qur’an yang baru saja selesai dibaca. “Bu…,” panggil Ananda dengan manja. Duhai manis sekali anak kecil itu. “Ananda mau dong diceritain tentang Kakek sama Ibu. Masa cuma tau Kakek lewat foto aja?” lanjut Ananda kecil.
“Ananda mau tahu tentang apa dari Kakek?” tanya si ibu.
“Eeemmm… seeemuanya tentang Kakek!” jawab Ananda.
“Oh iya? Semuanya? Ya sudah… Ibu beresin ini duluya?” sambung ibu sambil menata mukena dan meletakkanya di atas sajadah.
***
Ananda, anak Ibu… Kakekmu adalah seseorang yang biasa-biasa saja dalam penampilan dan perkataannya. Seperti kebanyakan laki-laki, Kakek sangat menggemari olah raga sepak bola. Temen-temenmu yang laki-laki gitu kan? Bahkan, saking sukanya sama salah satu klub sepak bola di Inggris, beliau pernah datang langsung ke Inggris sana untuk mendukung tim pujaannya itu. Kalau Ibu pernah tanya sih, katanya salah satu pemain yang ada di klub itu sangat menginspirasi masa mudanya.
Kakekmu itu, kalau punya kemauan, ga ada yang bisa berhentiin. Setelah lulus SMA, cita-citanya waktu itu pengen jadi guru Bahasa Inggris. Pokoknya kalau nantinya ga jadi guru Bahasa Inggris, beliau ga mau kuliah. Meskipun harus mahal pengorbanan yang dibayar! Apapun dilakukan, seberat apapun usahanya, sesusah apapun pengorbanan yang dilakukan, akan tetap dilakukan juga. Pernah Ibu diceritain sama beliau kalau semasa kuliahnya dulu, pernah ada masa dimana beliau merasakan nasi putih dan mie instant sebagai makanan mewah. Ya… saking tidak punya uang waktu itu! Lihatlah sekarang Ananda, hasil usaha beliau bisa kamu rasakan sampai sekarang. Singkat cerita, beliau bisa lulus kuliah tepat waktu dan dengan nilai yang bagus. Jadi deh guru BahasaInggris… hehe
Oooo… jadi, Kakek dulu guru ya, Bu? Di sekolah depan rumah itu?
Iya, beliau guru yang hebat lho. Tapi, perjuangannya ga berhenti setelah jadi guru. Rencana panjang ternyata sudah diatur sama Kakek sewaktu kuliah dulu. Kakek pengen punya sekolah sendiri, bangun sekolah sendiri! Jadi, mau ga mau, beliau merasa perlu kuliah lagi untuk ambil gelar S2-nya. Kali ini beliau belajar tentang Manajemen Pendidikan Islam. Bagaimanacara mengatur sekolah islami. Alasannya, kehidupan itu harus seimbang antara mencintai dunia dan akhirat. Karena menurut Kakek kondisi pada waktu itu sudah sangat menuntut perbaikan akhlak para anak-anak dan remaja, makannya beliau belajar tentang mengatur sekolah yang islami tadi. Dan hasilnya… tuh, sekolah depan rumah itulah hasil perjuangan kakekmu.
Waaah… hebat!
Meskipun kayaknya Kakek itu sangat bersemangat mewujudkan apa keinginan pribadinya, tapi dia itu juga sangat baik sama oranglain. Atau dengan kata lain, beliau ga mau egois hanya mementingkan diri sendiri. Baik sama keluarganya, saudaranya, temen-temennya, dan orang-orang lain yang dekat dengannya. Ga heran deh kalau banyak yang menganggap kalau Kakek itu orang yang baik dan pedulian.
Ibu… Kakek pernah cerita ga tentang prestasi terbaiknya?
Eeem… ada satu cita-cita yang selalu Kakek simpan dalam dirinya waktu itu. Cita-cita yang selalu hidup di dalam hati dan ingin beliau wujudkan sebelum beliau meninggal. Beliau ingin hafal Al-Qur’an, Ananda. Sebenarnya, perjuangan menghafal kitab suci itu sudah dimulainya sejak kuliah. Jatuh bangun, susah mudah, serta beratnya perjuangan dalam menghafal beliau jalani. Ada masa-masa dimana beliau merasakan mudah dalam menghafal dan ada juga masa dimana bisa sampai berhenti menghafal karena kesibukan. Tapi, kata beliau, keinginan untuk menjadi keluarga Ilahi di akhirat nanti adalah sumber semangatnya. Kan enak kalau Tuhan sudah menganggap kita sebagai keluarganya sendiri, iya kan? Kata beliau juga, beliau ingin memberi penyelamatan atau syafaat kepada kedua orang tuanya yang sudah meninggal sejak Kakek kecil dengan gelar hafidznya. Beratnya perjuangan, manisnya hasil, serta tujuan mulia tadi yang membuat Kakek menetapkan menjadi penghafal Al-Quran sebagai pencapaian terbaiknya.
***
Langit Jakarta sudah gelap sempurna. Kini, giliran adzan Isya’ yang menggema di langit yang menyelimuti sederhana itu. Suaranya nyaring karena hujan sedari tadi sudah berhenti. Anak-anak, remaja,dan bapak-bapak kembali memenuhi panggilan Ilahi. Di rumah sederhana itu, ibu beserta anaknya juga menunaikan kewajiban sholat. Satu rakaat, dua rakaat, tiga rakaat dan rakaat keempat diselesaikan dengan khusyu’. Dilanjutkan dengan beberapa saat berdo’a dan selesailah ritual ibadah sholat Isya’.
Ananda lagi-lagi mendekati Ibunya yang masih duduk manis di atas sajadah. Memeluk tubuh ibunya yang masih sibuk menata mukena.“Bu…,” panggil Ananda dengan man
ja. Duhai manis sekali anak kecil itu, lebih manis dari yang tadi. “Ananda mau ngucapin terima kasih sama Ibu sudah diceritain tentang Kakek.” lanjut Ananda kecil sambil tersenyum.
Jakarta, 10 November 2013 l 21:51 WIB
0 comments:
Posting Komentar